Kamis, 10 Mei 2012

PROTISTA-Protozoa


 
Allah telah menunjukkan kebesarannya melewati ciptaan-Nya yang kecil.

Protista merupakan organisme eukariotik yang paling sederhana. Sebagian besar jenis Protista bersifat uniseluler, akan tetapi ada juga yang hidup secara berkelompok dan bersifat multiseluler. Sebagian besar Protista bersifat aerob, yakni memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Namun, beberapa jenis Protista bersifat anaerob, yakni tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya.
Beberapa Protista bersifat heterotrof, memperoleh makanan dengan cara mengabsorbsi molekul-molekul organik dan sebagian lagi bersifat fotoautotrof karena mempunyai kloroplas sebagai tempat untuk menangkap energi matahari. Protista dapat ditemukan pada setiap tempat yang mengandung air, tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat lain yang cukup lembab. Protista yang hidup di laut sebagian besar bertindak sebagai fitoplankton yang merupakan kontributor utama dalam penyediaan energi jaring-jaring makanan.
Protista dapat hidup secara bebas atau bersimbiosis secara mutualisme, parasitisme, dan komensalisme. Protista parasit bersifat pathogen pada hewan dan manusia. Beberapa jenis Protista mempunyai alat gerak sehingga bersifat motil. Adapun reproduksi dapat terjadi secara
seksual dan aseksual. Sedangkan pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai, Protista membentuk sel resisten yang disebut kista.

A.    Klasifikasi Potozoa
Anggota Protista sangat beragam, sehingga untuk mempermudah dalam mempelajarinya, maka para ahli taksonomi membagi Protista dalam tiga kategori yaitu:
1. Protista yang menyerupai hewan (Protozoa)
2. Protista yang menyerupai tumbuhan (Protophyta)
3. Protista yang menyerupai jamur

1. Protista yang Menyerupai Hewan (Protozoa)
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, proto yang berarti ‘pertama’, dan zoa yang berarti ‘hewan’. Jadi, Protozoa disebut juga sebagai hewan pertama. Protozoa merupakan Protista yang menyerupai hewan karena memiliki sifat heterotrof, mampu bergerak dan menelan makanan.
Berdasarkan alat geraknya, Protozoa dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Rhizopoda (Filum Sarcodina),
2.      Ciliata (Filum Ciliophora/Infusoria),
3.      Flagellata (Filum Mastigophora), dan
4.      Sporozoa (Filum Apicomplexa).
a. Rhizopoda (Filum Sarcodina)
Istilah rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, rhizo yang berartiakar dan podos yang berartikaki. Jadi, rhizopoda berarti kaki yang menyerupai akar. Anggota Filum ini bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu). Disebut pseudopodia atau kaki semu karena terbentuk sebagai hasil penjuluran sitoplasma sel, yang seolah-olah berfungsi sebagai kaki. Selain untuk bergerak, kaki semu juga berfungsi untuk mencari makanan. Berikut ini beberapa contoh anggota Rhizopoda dan habitatnya masing-masing:
  1. Rhizopoda yang hidup di tempat lembab, contohnya adalah Amoeba proteus.
  2. Rhizopoda yang hidup di laut, contohnya Foraminifera dan Radiolaria. Foraminifera mempunyai kerangka luar yang berongga dan terbuat dari kalsium karbonat. Sedangkan Radiolaria memiliki kerangka dalam yang terbuat dari silika.
  3. Rhizopoda yang hidup di air tawar, contohnya antara lain Arcellayang mempunyai rangka dari zat kitin, Diflugia, dan Heliozoa.d. Rhizopoda yang hidup parasit dalam tubuh manusia contohnya
  4. Entamoeba ginggivalis, Entamoeba hystolitica, dan Entamoeba coli.
b. Ciliata (Filum Ciliophora)
Istilah ciliata berasal dari bahasa Latin cilia yang berarti rambut kecil. Salah satu ciri khas ciliata adalah mempunyai silia sebagai alat gerak dan untuk mencari makan. Ciliata merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler) dengan bentuk tetap atau tidak berubah.
Ciri lain dari ciliata adalah adanya 2 inti sel, yaitu makronu kleus dan mikronukleus. Makronukleus merupakan inti sel berukur an besar berfungsi dalam reproduksi aseksual (vegetatif), sedangkan mikronukleus merupakan inti sel berukuran kecil diperlukan untuk be reproduksi secara seksual dengan cara konjugasi. Selain bereproduksi secara seksual, Ciliata juga bereproduksi secara aseksual dengan cara membelah diri. Salah satu contoh anggota Ciliata yang terkenal adalah Paramaecium sp.
c. Flagellata (Filum Mastigophora)
Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti ‘bulu cambuk’. Ciri khas Filum ini adalah memiliki alat gerak berupa bulu cambuk yang disebut flagella. Flagella juga berfungsi sebagai alat peraba dan alat penangkap makanan. Beberapa jenis Flagellata merupakan penyebab penyakit pada manusia dan hewan, contohnya: 
1.      Giardia lamblia merupakan Protozoa usus yang dapat menyebabkan disentri dan diare, terutama ditemukan dalam usus dua belas jari.
2.      Tricomonas vaginalis menimbulkan peradangan pada vagina, ditandai dengan keluarnya cairan disertai rasa panas seperti terbakar dan rasa gatal.
3.      Tricomonas foetus menyebabkan abortus spontan pada ternak.
4.      Trypanosoma gambiense menyebabkan penyakit tidur pada manusia.
d. Sporozoa (Filum Apicompleksa)
Istilah Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spora yang berartibenih dan zoa yang berarti hewan. Sporozoa merupakan salah satu kelompok Protozoa yang membentuk spora dalam salah satu tahapan silkus hidupnya. Semua anggota Sporozoa hidup sebagai parasit dalam tubuh organisme lain dan tidak memiliki alat gerak. Anggota sporozoa yang paling dikenal adalah Plasmodium. Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria dan menyerang sel darah merah. Penyakit malaria ditularkan dari manusia satu ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Anopheles. Siklus hidup plasmodium adalah sewbagai berikut:


2. Protista yang Menyerupai Tumbuhan (Algae)
Dalam bahasa ilmiah, ganggang disebut algae (tunggal = alga). Struktur sel ganggang memiliki dinding sel dan kloroplas. Karakter tersebut dimiliki pula oleh tumbuhan tingkat tinggi, sehingga dikatakan bahwa ganggang merupakan Protista yang menyerupai tumbuhan.
Ganggang dapat bereproduksi secara vegetatif (aseksual) dan secara generatif (seksual). Secara vegetatif, reproduksi ganggang dilakukan dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, atau pembentukan zoospora. Secara generatif dengan cara konjugasi dan peleburan antara sel kelamin jantan dan betina. Berdasarkan pigmen (zat warna) yang dominan pada tubuhnya, ganggang dapat dibedakan menjadi 6 Filum, yaitu:
1.      Filum Pyrhophyta (ganggang api),
2.      Filum Phaeophyta (ganggang coklat),
3.      Filum Chrysophyta (ganggang keemasan),
4.      Filum Rhodophyta (ganggang merah), dan
5.      Filum Chlorophyta (ganggang hijau).
a.    Filum Pyrrophyta (Ganggang Api)
Filum ini sering disebut Dinoflagellata karena memiliki flagella yang berjumlah 2 buah. Hampir semua ganggang api bersifat uniseluler, dan mempunyai pigmen berupa klorofi l a dan c. Filum Pyrrophyta disebut ganggang api karena memiliki fosfor yang mampu memendarkan cahaya pada kondisi yang gelap. Ganggang ini sebagian besar hidup di air laut, tetapi ada pula yang hidup di air tawar. Beberapa contoh anggota Filum ini antara lain Noctiluca, Ceratium dan Gonyaulax.
b.    Filum Phaeophyta (Ganggang Coklat)
Anggota Filum Phaeophyta memiliki talus yang selalu bersel banyak, sehingga dapat dilihat secara makroskopis. Talusnya memiliki alat pelekat untuk menempelkan tubuhnya pada substrat, sedangkan bagian tubuh yang lainnya mengapung di atas air. Beberapa anggota Filum Phaeophyta seperti Sargassum, Macrocystis, dan Nereocystis memiliki gelembung udara yang berfungsi untuk menyimpan gas nitrogen dan untuk mengapung. Ganggang coklat mengandung pigmen santofi l, klorofi l a dan c. Pigmen santofil jumlahnya melebihi pigmen yang lain, sehingga menyebabkan warna talusnya coklat.
c.     Filum Chrysophyta (Ganggang Keemasan)
Alga Chrysophyta disebut juga ganggang keemasan (golden algae) atau ganggang pirang. Istilah Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang berarti keemasan. Warna keemasan disebabkan karena ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten dan santofi l yang jumlahnya dominan dibandingkan dengan klorofi l a dan c. Sebagian besar anggota Filum ini hidup sebagai plankton air tawar dan air laut. Filum Chrysophyta terdiri atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 diantaranya adalah diatom.
d.    Filum Rhodophyta (Ganggang Merah)
Istilah Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani, rhodos yang berartimerah. Jadi, Rhodophyta berarti ganggang merah (red algae). Berbeda dengan Filum lainnya, Filum ini tidak mempunyai tahapan flagella dalam siklus hidupnya. Anggota Filum ini mempunyai pigmen fotosintetik berupa fikobilin yang terdiri dari fi koeritrin (pigmen merah) dan fi kosianin (pigmen biru). Fikoeritrin merupakan pigmen yang paling dominan sehingga menyebabkan warna talus ganggang ini menjadi merah. Contoh anggota Rhodophyta antara lain Eucheuma spinosum yang digunakan sebagai bahan agar-agar, Gracilaria, Gellidium, dan Gigartina mamilosa.
e.     Filum Chlorophyta (Ganggang Hijau)
Ganggang hijau (green algae) diberi nama berdasarkan kloroplasnya yang berwarna hijau. Warna hijau ini ada karena karena pigmen yang dominan adalah klorofi l a dan b, di samping jenis pigmen yang lain yaitu karoten dan santofi l. Bentuk kloroplas pada ganggang hijau bermacam-macam, ada yang seperti mangkuk (misalnya pada Chlamidomonas), berbentuk spiral (misalnya pada Spirogyra), dan berbentuk seperti bintang. Beberapa contoh ganggang hijau antara lain, Spirogyra, Volvox globator, Chlamydomonas, Ulva, dan Chlorella.
3. Protista yang Menyerupai Jamur
Anggota Protista yang menyerupai jamur meliputi jamur air dan jamur lendir. Walaupun tampaknya sama dengan jamur sejati, namun dalam organisasi seluler, cara reproduksinya, dan siklus hidupnya, kedua jamur ini berbeda dengan jamur (Fungi) sejati. Protista yang menyerupai jamur dibedakan menjadi:
1.      Jamur air (Oomycotina) dan
2.      Jamur lendir (Myxomycotina).
a. Jamur Air (Oomycotina)
      Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella. Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual.
b. Jamur Lendir (Myxomycotina)
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar