Allah telah menunjukkan kebesarannya melewati ciptaan-Nya yang kecil.
Protista
merupakan organisme eukariotik yang paling sederhana. Sebagian besar jenis
Protista bersifat uniseluler, akan tetapi ada juga yang hidup secara
berkelompok dan bersifat multiseluler. Sebagian besar Protista bersifat aerob,
yakni memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Namun, beberapa jenis Protista
bersifat anaerob, yakni tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya.
Beberapa
Protista bersifat heterotrof, memperoleh makanan dengan cara mengabsorbsi
molekul-molekul organik dan sebagian lagi bersifat fotoautotrof karena
mempunyai kloroplas sebagai tempat untuk menangkap energi matahari. Protista
dapat ditemukan pada setiap tempat yang mengandung air, tanah yang basah,
sampah, dedaunan, dan habitat lain yang cukup lembab. Protista yang hidup di
laut sebagian besar bertindak sebagai fitoplankton yang merupakan kontributor
utama dalam penyediaan energi jaring-jaring makanan.
Protista
dapat hidup secara bebas atau bersimbiosis secara mutualisme, parasitisme, dan
komensalisme. Protista parasit bersifat pathogen pada hewan dan manusia.
Beberapa jenis Protista mempunyai alat gerak sehingga bersifat motil. Adapun
reproduksi dapat terjadi secara
seksual dan aseksual. Sedangkan
pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai, Protista membentuk sel resisten yang
disebut kista.
A. Klasifikasi Potozoa
Anggota Protista sangat beragam, sehingga untuk
mempermudah dalam mempelajarinya, maka para ahli taksonomi membagi Protista dalam
tiga kategori yaitu:
1. Protista yang menyerupai hewan
(Protozoa)
2. Protista yang menyerupai
tumbuhan (Protophyta)
3.
Protista yang menyerupai jamur
1. Protista yang
Menyerupai Hewan (Protozoa)
Protozoa berasal dari
bahasa Yunani, proto yang berarti ‘pertama’, dan zoa yang berarti
‘hewan’. Jadi, Protozoa disebut juga sebagai hewan
pertama.
Protozoa merupakan Protista yang menyerupai hewan karena memiliki sifat
heterotrof, mampu bergerak dan menelan makanan.
Berdasarkan alat
geraknya, Protozoa dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Rhizopoda
(Filum Sarcodina),
2. Ciliata
(Filum Ciliophora/Infusoria),
3. Flagellata
(Filum Mastigophora), dan
4. Sporozoa
(Filum Apicomplexa).
a. Rhizopoda (Filum Sarcodina)
Istilah
rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, rhizo yang berarti‘akar’ dan podos yang
berarti‘kaki’. Jadi, rhizopoda
berarti kaki yang menyerupai akar. Anggota Filum ini bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu). Disebut
pseudopodia atau kaki semu karena terbentuk sebagai hasil penjuluran sitoplasma
sel, yang seolah-olah berfungsi sebagai kaki. Selain untuk bergerak, kaki semu
juga berfungsi untuk mencari makanan. Berikut ini beberapa contoh anggota
Rhizopoda dan habitatnya masing-masing:
- Rhizopoda
yang hidup di tempat lembab, contohnya adalah Amoeba proteus.
- Rhizopoda
yang hidup di laut, contohnya Foraminifera dan Radiolaria. Foraminifera
mempunyai kerangka luar yang berongga dan terbuat dari kalsium karbonat.
Sedangkan Radiolaria memiliki kerangka dalam yang terbuat dari silika.
- Rhizopoda
yang hidup di air tawar, contohnya antara lain Arcellayang mempunyai
rangka dari zat kitin, Diflugia, dan Heliozoa.d. Rhizopoda yang hidup
parasit dalam tubuh manusia contohnya
- Entamoeba
ginggivalis, Entamoeba hystolitica, dan Entamoeba coli.
b. Ciliata (Filum Ciliophora)
Istilah
ciliata berasal dari bahasa Latin cilia yang berarti ‘rambut kecil’. Salah satu ciri khas
ciliata adalah mempunyai silia sebagai
alat gerak dan untuk mencari makan. Ciliata merupakan organisme bersel tunggal
(uniseluler) dengan bentuk tetap atau tidak berubah.
Ciri lain dari
ciliata adalah adanya 2 inti sel, yaitu makronu kleus dan mikronukleus. Makronukleus merupakan inti sel
berukur an besar berfungsi dalam reproduksi aseksual (vegetatif), sedangkan mikronukleus merupakan inti sel
berukuran kecil diperlukan untuk be reproduksi secara seksual dengan cara
konjugasi. Selain bereproduksi secara seksual, Ciliata juga bereproduksi secara
aseksual dengan cara membelah diri. Salah satu contoh anggota Ciliata yang
terkenal adalah Paramaecium sp.
c. Flagellata (Filum
Mastigophora)
Flagellata
berasal dari kata flagellum yang berarti ‘bulu cambuk’. Ciri khas Filum
ini adalah memiliki alat gerak berupa bulu cambuk yang disebut flagella. Flagella juga berfungsi
sebagai alat peraba dan alat penangkap makanan. Beberapa
jenis Flagellata merupakan penyebab penyakit pada manusia dan hewan, contohnya:
1.
Giardia lamblia merupakan Protozoa usus yang dapat menyebabkan
disentri dan diare, terutama ditemukan dalam usus dua belas jari.
2.
Tricomonas vaginalis menimbulkan peradangan pada vagina, ditandai dengan
keluarnya cairan disertai rasa panas seperti terbakar dan rasa gatal.
3.
Tricomonas foetus menyebabkan abortus spontan pada ternak.
4.
Trypanosoma gambiense menyebabkan penyakit tidur pada manusia.
d. Sporozoa (Filum Apicompleksa)
Istilah Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spora yang berarti‘benih’ dan zoa yang berarti ‘hewan’. Sporozoa merupakan
salah satu kelompok Protozoa yang membentuk spora dalam salah satu tahapan silkus
hidupnya. Semua anggota Sporozoa hidup sebagai parasit dalam tubuh organisme
lain dan tidak memiliki alat gerak. Anggota sporozoa yang paling dikenal adalah Plasmodium. Plasmodium
merupakan penyebab penyakit malaria dan menyerang sel darah merah. Penyakit
malaria ditularkan dari manusia satu ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Siklus hidup plasmodium adalah sewbagai berikut:
2. Protista yang Menyerupai Tumbuhan (Algae)
Dalam bahasa
ilmiah, ganggang disebut algae (tunggal
= alga). Struktur sel ganggang memiliki dinding sel dan kloroplas. Karakter
tersebut dimiliki pula oleh tumbuhan tingkat tinggi, sehingga dikatakan bahwa
ganggang merupakan Protista yang menyerupai tumbuhan.
Ganggang dapat
bereproduksi secara vegetatif (aseksual) dan secara generatif (seksual). Secara
vegetatif, reproduksi ganggang dilakukan dengan cara pembelahan biner,
fragmentasi, atau pembentukan zoospora. Secara generatif dengan cara konjugasi
dan peleburan antara sel kelamin jantan dan betina. Berdasarkan pigmen (zat warna)
yang dominan pada tubuhnya, ganggang dapat dibedakan menjadi 6 Filum, yaitu:
1. Filum
Pyrhophyta (ganggang api),
2. Filum
Phaeophyta (ganggang coklat),
3. Filum
Chrysophyta (ganggang keemasan),
4. Filum
Rhodophyta (ganggang merah), dan
5. Filum
Chlorophyta (ganggang hijau).
a. Filum
Pyrrophyta (Ganggang Api)
Filum ini sering disebut Dinoflagellata karena memiliki flagella
yang berjumlah 2 buah. Hampir
semua ganggang api bersifat uniseluler, dan mempunyai pigmen berupa klorofi
l a dan c. Filum
Pyrrophyta disebut ganggang api karena memiliki fosfor
yang mampu memendarkan cahaya
pada kondisi yang gelap. Ganggang ini sebagian besar hidup di air laut, tetapi
ada pula yang hidup di air tawar. Beberapa contoh anggota Filum ini antara lain
Noctiluca, Ceratium dan Gonyaulax.
b. Filum
Phaeophyta (Ganggang Coklat)
Anggota Filum
Phaeophyta memiliki talus yang selalu bersel banyak, sehingga dapat dilihat
secara makroskopis. Talusnya memiliki alat pelekat untuk menempelkan tubuhnya
pada substrat, sedangkan bagian tubuh yang lainnya mengapung di atas air.
Beberapa anggota Filum Phaeophyta seperti Sargassum, Macrocystis,
dan Nereocystis memiliki gelembung udara yang berfungsi untuk menyimpan
gas nitrogen dan untuk mengapung. Ganggang coklat mengandung pigmen santofi l,
klorofi l a dan c. Pigmen santofil
jumlahnya melebihi pigmen yang lain, sehingga menyebabkan warna talusnya
coklat.
c. Filum Chrysophyta (Ganggang Keemasan)
Alga Chrysophyta
disebut juga ganggang keemasan (golden algae) atau ganggang pirang.
Istilah Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang berarti ‘keemasan’. Warna keemasan
disebabkan karena ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten dan santofi l yang
jumlahnya dominan dibandingkan dengan klorofi l a dan c.
Sebagian
besar anggota Filum ini hidup sebagai plankton air tawar dan air laut.
Filum
Chrysophyta terdiri atas sekitar 5.300 jenis, dan 5.000 diantaranya adalah diatom.
d.
Filum Rhodophyta (Ganggang Merah)
Istilah
Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani, rhodos yang berarti‘merah’. Jadi, Rhodophyta
berarti ganggang merah (red algae). Berbeda dengan Filum lainnya, Filum
ini tidak mempunyai tahapan flagella dalam siklus hidupnya. Anggota Filum ini
mempunyai pigmen fotosintetik berupa fikobilin yang terdiri dari fi koeritrin (pigmen merah) dan fi kosianin (pigmen biru). Fikoeritrin
merupakan pigmen yang paling dominan sehingga menyebabkan warna talus ganggang ini
menjadi merah. Contoh anggota Rhodophyta antara lain Eucheuma spinosum yang
digunakan sebagai bahan agar-agar, Gracilaria, Gellidium, dan Gigartina
mamilosa.
e.
Filum Chlorophyta (Ganggang Hijau)
Ganggang
hijau (green algae) diberi nama berdasarkan kloroplasnya yang berwarna
hijau. Warna hijau ini ada karena karena pigmen yang dominan adalah klorofi l a dan b, di samping jenis pigmen yang lain
yaitu karoten dan santofi l. Bentuk kloroplas pada ganggang hijau
bermacam-macam, ada yang seperti mangkuk (misalnya pada Chlamidomonas),
berbentuk spiral (misalnya pada Spirogyra), dan berbentuk seperti
bintang. Beberapa contoh ganggang hijau antara
lain, Spirogyra, Volvox globator, Chlamydomonas, Ulva,
dan Chlorella.
3. Protista yang
Menyerupai Jamur
Anggota
Protista yang menyerupai jamur meliputi jamur air dan jamur lendir. Walaupun
tampaknya sama dengan jamur sejati, namun dalam organisasi seluler, cara reproduksinya,
dan siklus hidupnya, kedua jamur ini berbeda dengan jamur (Fungi) sejati. Protista
yang menyerupai jamur dibedakan menjadi:
1.
Jamur air (Oomycotina) dan
2.
Jamur lendir (Myxomycotina).
a. Jamur Air
(Oomycotina)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah
ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota
Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas. Jamur air memiliki
dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati
yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air
dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur
hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian
besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di
kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni.
Jamur
air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual.
b.
Jamur Lendir (Myxomycotina)
Pada umumnya, jamur
lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang
berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh
makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut
plasmodium. Plasmodium ini dapat
tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun
berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal
sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui
fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah
yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir
mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam
tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum
discridium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar